Home Cerita Putri Junjung Buih dan Kain Sasirangan

Putri Junjung Buih dan Kain Sasirangan

0
Putri Junjung Buih
foto: istimewa

undas.id – Cerita bermula pada abad ke-12 di Kalimantan Selatan, seorang Patih Negara Dipa yaitu Lambung Mangkurat balampah–bahasa Banjar (bertapa: red) selama 40 hari 40 malam di atas rakit Balarut Banyu–mengikuti arus air, hingga menjelang akhir pertapaannya, rakit yang ditumpangi tiba di daerah Rantau, kota Bagantung.

Disini Lambung Mangkurat mendengar suara perempuan yang keluar dari segumpal buih, konon asal suara itu tak lain adalah dari Putri Junjung Buih. Nah untuk melihat wujud dari Putri tersebut sang Patih harus mengabulkan permintaannya, yakni sebuah istana Batung dan selembar kain yang ditenun dan dicalap (warnai : red) dan kedua permintaan itu harus selesai dalam satu hari.

Selembar kain yang ditenun dan dicalap tadi disebut kain Langgundi, dibuat oleh 40 orang wanita yang masih perawan dengan motif padiwaringin, motif ini menurut cerita merupakan motif pertama kain Sasirangan. Kabarnya Putri junjung Buih menginginkan kain Langgundi berwarna kuning.

Kemudian pada hari yang disepakati, naiklah sang Putri ke alam manusia meninggalkan tempat persemayamannya yang terletak didasar sungai Tabalong.

Konon dengan menggunakan kain Langgundi berwarna kuning, Putri Junjung Buih dilihat nampak anggun oleh warga Kerajaan Negara Dipa saat itu. Kain Langgundi inilah kemudian dikenal dengan kain Sasirangan hingga saat ini.

Seperti itulah cerita turun temurun tentang asal muasal kain Sasirangan.

Kain Sasirangan merupakan kain tradisional berasal dari Kalimantan Selatan yang telah ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu dari 33 kain tradisional warisan budaya tak benda di Indonesia.

 

Editor: Abe

Facebook Comments Box
Exit mobile version