UNDAS.ID, Kutai Kartanegara – Keprihatinan mendalam disampaikan Wakil Ketua Komisi III DPRD Kalimantan Timur, Akhmed Reza Fachlevi, menyusul kejadian tanah longsor yang terjadi di Jalan Poros Samarinda–Balikpapan, tepatnya di Kilometer 28, Desa Batuah, Kabupaten Kutai Kartanegara. Jalur ini merupakan akses strategis yang menghubungkan dua kota utama di Kalimantan Timur dan menjadi jalur utama distribusi logistik serta mobilitas masyarakat.
“Kejadian tanah geser ini bukan hanya soal kerusakan jalan. Ini menyangkut keselamatan pengguna jalan dan dampaknya bisa sangat luas secara ekonomi maupun sosial,” tegas Reza dalam keterangannya, Sabtu (26/4/2025).
Reza mendesak agar pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) segera mengambil langkah cepat dan menyeluruh untuk memperbaiki serta menstabilkan titik longsor tersebut. Ia menekankan pentingnya tindakan sigap agar tidak terjadi kerugian yang lebih besar.
“Penanganan yang lambat hanya akan memperburuk keadaan. Kita tidak hanya bicara tentang kendaraan yang terhambat, tapi juga tentang ancaman keselamatan dan aktivitas ekonomi masyarakat yang lumpuh,” ungkap legislator daerah pemilihan Kutai Kartanegara (Kukar) ini.
Menurut Reza, beberapa faktor turut memicu terjadinya longsor. Selain persoalan teknis seperti struktur tanah dan sistem drainase yang tidak optimal, ia juga menyoroti adanya perubahan fungsi lahan di sekitar wilayah tersebut.
“Alih fungsi hutan menjadi tambang dan banyaknya aktivitas crossing batu bara di sekitar lokasi menjadi faktor pemicu yang tidak bisa diabaikan. Ini harus menjadi perhatian serius semua pihak,” katanya.
DPRD Kalimantan Timur, lanjut Reza, siap berkoordinasi lintas lembaga guna mempercepat proses penganggaran dan pengerjaan perbaikan jalan terkait longsor Km 28 Batuah. Ia menegaskan bahwa keselamatan dan kenyamanan masyarakat harus menjadi prioritas utama.
“Kami mendorong semua pihak untuk melakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang. Kaltim tidak bisa terus menerus bersandar pada infrastruktur rapuh yang rentan bencana,” pungkasnya. (Red)



