Juli25 , 2024

    Erau: Menelusuri Jejak Sejarah dan Budaya Kutai

    Related

    KPU Samarinda Gandeng Media Massa Sukseskan Pilkada 2024

    UNDAS.ID, Samarinda – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Samarinda...

    Ines Clarita, Wanita Tarakan Wakili Indonesia di Young at Mission 21 Swiss

    UNDAS.ID, Jakarta - Ines Clarita, seorang wanita inspiratif asal...

    Elektabilitas Isran Unggul, Leny Marlina: Menanti Arah Koalisi dari DPP PPP

    UNDAS.ID, Samarinda — Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP...

    PDIP Kaltim Rekomendasikan Isran-Hadi, Hindari Calon Tunggal di Pilgub

    UNDAS.ID, Samarinda - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi...

    Share

    UNDAS.ID – Erau, sebuah pesta budaya yang sarat makna dan tradisi, merupakan warisan budaya tertua di Indonesia. Berakar dari Kerajaan Kutai Kartanegara, tradisi ini telah dilestarikan sejak abad ke-13, menjadikannya sebuah permata budaya yang tak ternilai.

    Kata “Erau” dalam bahasa Kutai berarti ramai, hilir mudik, bergembira, dan berpesta ria. Awal mula tradisi ini terukir dalam sejarah saat putra tunggal petinggi negeri Jahitan Layar, Aji Batara Agung Dewa Sakti, berusia lima tahun.

    Upacara “tijak tanah” dan “mendi ke tepian” diadakan sebagai tanda bahwa sang anak diizinkan bermain di luar rumah. Seluruh rakyat pun bersuka cita, merayakan momen ini dengan hidangan dan hiburan selama 40 hari 40 malam.

    Kelak, anak kecil itu menjadi Raja Kutai Kartanegara pada awal abad ke-14. Sejak saat itu, ritual tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dalam upacara pengukuhan raja-raja baru.

    Salah satu ritual yang menarik perhatian adalah Upacara Beluluh. Upacara ini bertujuan untuk membersihkan Sultan dari unsur-unsur jahat. Dipimpin oleh Dewa dan Belian (shaman istana), ritual ini menghadirkan perempuan-perempuan berbusana kuning dan lelaki berhias unik, menari dan meluluhkan unsur jahat dengan bambu.

    Pada malam harinya, Belian dan Dewa menari mengelilingi rumbai-rumbai daun kelapa kering di halaman Kedaton, memohon izin dan berkah dari roh leluhur untuk kelancaran Erau. Upacara ini berlangsung selama tiga malam berturut-turut.

    Sementara itu, di tangga Kedaton, para prajurit berbusana hitam dengan tombak bersiaga untuk Upacara Bapelas. Di teras, keluarga Sultan menyambut tamu, dan di depan pintu masuk ruangan utama, para perempuan bertugas sebagai Pangkon, membawa tanaman dapur, melambangkan kesuburan dan kemakmuran.

    Erau bukan sekadar pesta rakyat, tetapi sebuah perjalanan budaya yang membawa kita menelusuri jejak sejarah dan tradisi Kerajaan Kutai Kartanegara. Keindahan ritualnya, kentalnya budaya, dan atmosfernya yang magis menjadikan Erau sebuah pengalaman yang tak terlupakan. (red)

    Facebook Comments Box
    spot_img